![]() |
Transportasi Boat Pulo Aceh. (Dok. Pribadi) |
Pulo Aceh - Mari kita berimajinasi sejenak. Di tengah indahnya Pulo Aceh, kita bisa membayangkan pulau ini menjadi sebuah pusat peradaban yang maju, menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia, sekaligus menjadi tempat yang nyaman bagi penduduk lokal untuk tinggal dan berkembang. Namun, bagaimana kita mencapai visi ini dalam 20, 30, atau bahkan 50 tahun ke depan?
Pertama-tama, mari kita bahas tantangan yang saat ini dihadapi dan langkah-langkah strategis yang perlu diambil oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Besar untuk mencapai visi tersebut.
Tantangan dan Hambatan Saat Ini
Pulo Aceh masih menghadapi tantangan besar dalam hal infrastruktur dan layanan dasar. Konektivitas transportasi menjadi salah satu masalah utama. Media sering melaporkan kejadian-kejadian menyedihkan, seperti warga yang harus diangkut menggunakan boat nelayan ketika membutuhkan perawatan medis di Banda Aceh. Bahkan ada kejadian boat tenggelam yang membawa rombongan penumpang. Hal ini menunjukkan bahwa alat transportasi laut sebagai penunjang konektivitas antara Pulo Aceh dan Banda Aceh belum memadai.
Untuk mengatasi permasalahan pada kebutuhan koneksivitas transportasi sektor kesehatan, pada tahun 2021 Pemerintah Aceh Besar memberikan ambulan laut untuk kebutuhan transportasi kesehatan masyarakat di kepulauan Aceh Besar yakni di Kecamatan Pulo Aceh kabupaten setempat.
Namun perkembangan terkait konektivitas transportasi umum tersebut mengalami kendalan dalam kemajuan pulo aceh disebabkan PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Fery Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar resmi merilis rute pelayaran baru berupa rute segitiga untuk tahun 2024. Rute ini menghubungkan Pelabuhan Ulee Lheue (Banda Aceh), Lamteng (Pulo Aceh), dan Balohan (Sabang) dengan menggunakan Kapal Motor Penumpang (KMP) Papuyu. Namun, rute yang dirilis hanya mencakup pelabuhan Lamteng di Pulau Nasi, Pulo Aceh, sementara pelabuhan Ulee Paya atau Seurapong di Pulau Breuh tidak termasuk dalam jadwal pelayaran tersebut. Ketidakhadiran Pulau Breuh dalam rute pelayaran ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat Pulau Breuh yang merasa diabaikan oleh pemerintah.
Status 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) masih melekat pada Pulo Aceh. Minimnya perhatian terhadap infrastruktur dasar seperti pasar tradisional dan bank di daerah pedalaman menambah kesulitan dalam perputaran roda perekonomian. Ditambah lagi, harga barang kebutuhan pokok seperti gas elpiji bersubsidi, semen, bbm, dan lain-lain masih jauh lebih mahal dibandingkan dengan Banda Aceh, yang hanya dipisahkan oleh laut, bukan seperti jarak antardaerah di Papua yang membutuhkan perjalanan udara.
Selain itu, data akurat mengenai komoditas unggulan Pulo Aceh juga belum tersedia. Ini menghambat kemampuan pulau untuk berkompetisi di pasar regional, nasional, maupun internasional. Kurangnya data ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan Tim Marketing Intelligence yang terdiri dari para akademisi untuk mengumpulkan dan menganalisis data secara tepat.
Langkah Strategis ke Depan
Untuk membawa Pulo Aceh menuju masa depan yang lebih cerah, ada beberapa langkah strategis yang perlu diambil:
Perbaikan Infrastruktur dan Transportasi Konektivitas adalah kunci. Pemerintah perlu berinvestasi dalam memperbaiki dan membangun fasilitas transportasi yang memadai. Kapal laut yang lebih aman dan cepat, jembatan penghubung antara Pulau Breuh dan Pulau Nasi, serta pelabuhan yang berperan sebagai hub dan feeder bagi pelabuhan besar seperti Pelabuhan Teluk Sabang dan Pelabuhan Malahayati, harus menjadi prioritas.
Penguatan Data dan Komoditas Unggulan Tim Marketing Intelligence perlu segera dibentuk untuk mengumpulkan data mengenai komoditas unggulan Pulo Aceh. Dengan data yang tepat, Pemkab dapat merancang strategi pemasaran yang efektif dan berkesinambungan, serta membuka peluang kerja sama dengan pasar global.
Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal Potensi pariwisata Pulo Aceh tidak kalah dengan Maladewa atau Kepulauan Andaman. Namun, pengembangan ini harus sejalan dengan penerapan syariat Islam yang berlaku di Aceh. Perlu ada konsensus antara pemerintah, masyarakat, dan para pelaku industri pariwisata mengenai jenis pariwisata yang dapat diterima tanpa menimbulkan konflik. Misalnya, pariwisata berbasis komunitas dan kearifan lokal yang menghargai nilai-nilai Islam dan adat setempat.
Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Pelabuhan di Pulo Aceh dapat dioptimalkan sebagai titik sentral untuk investasi industri pengolahan ikan atau sektor-sektor lainnya. Kerja sama dengan negara-negara seperti India dalam pengolahan ikan bisa menjadi peluang besar.
Promosi dan Branding Promosi potensi pariwisata dan maritim Pulo Aceh perlu ditingkatkan. Pemerintah perlu bekerja sama dengan lembaga seperti BPKS untuk mempromosikan Pulo Aceh di berbagai pertemuan bisnis dan promosi pariwisata internasional. Dengan demikian, Pulo Aceh dapat dikenal sebagai destinasi wisata pilihan, tidak hanya Sabang.
Sinergi dengan BPKS Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) yang dikelola oleh BPKS harus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Pulo Aceh. Pemkab Aceh Besar dan BPKS perlu bersinergi dalam merancang dan melaksanakan program-program pembangunan agar tidak terjadi tumpang tindih.
Visi Masa Depan Pulo Aceh
![]() |
Potensi Wisata Konservasi Penyu Pulo Aceh. (Dok. Pribadi) |
Dalam 20, 30, atau 50 tahun ke depan, kita bisa membayangkan Pulo Aceh sebagai pulau yang maju dengan infrastruktur yang memadai, komoditas unggulan yang dikenal di pasar global, serta sebagai destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam dan kearifan lokal.
Jembatan Aroih Lampuyang akan menjadi simbol kemajuan, menghubungkan masyarakat dan mempercepat perputaran ekonomi. Pelabuhan-pelabuhan strategis akan mendukung kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
Pariwisata berbasis kearifan lokal akan menjadikan Pulo Aceh destinasi unik yang tetap menjaga nilai-nilai budaya dan agama. Tim Marketing Intelligence dan konsultan hukum serta infrastruktur akan bekerja sama untuk memberikan solusi terbaik bagi pembangunan daerah, memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil berdasarkan data dan pertimbangan yang matang.
Dengan visi ini, mari kita bersama-sama membangun masa depan Pulo Aceh, menjadikannya pulau yang tidak hanya dikenal, tetapi juga diakui sebagai pusat peradaban dan kemajuan di wilayah Aceh dan sekitarnya. ***
0 Comments
Posting Komentar